Semalam saya sedang tugas jaga warnet, Shift jaga dimulai dari pukul 12 malam sampai jam 8 pagi. Warnet semalam lumayan ramai dari malam-malam sebelumnya, tetapi pas jaga saya ngantuk dan sempat tertidur beberapa kali, migran mendadak ga ngerti sebabnya. Pagi tadi sekitar pukul 7.30 ada seorang bapak-bapak datang ke warnet, dia datang meminta tolong saya untuk mengetik sebuat teks dokumen tulisan tangan, sebelumnya saya tidak mengecek apa isi tulisan tersebut karena printer di warnet sedang rusak, jadi walaupun diketik tetap saja tidak bisa dicetak. Setelah saya tahu, bapak itu ternyata ingin mengetikan teks lelayu. Akhirnya saya memberikan alternatif kepada bapak itu untuk mencoba datang ke sebuah warnet selain tempatku yang mungkin bisa membantu, saya memberi tahu letak dan nama warnet tersebut, karena bapak itu ngomong kalau dia tidak bisa ngetik, internet dan ga tahu warnet sekitar sini. Ternyata, warnet tersebut belum siap untuk menerima pelanggan, karena masih terlalu pagi dan yang ada disana adalah tukang bersih-bersih. Jadi, akhirnya bapak itu balik lagi ketempat saya dan meminta tolong agar di kasih solusi. OK! akhirnya saya mengetik teks tersebut dan menscan poto yang ingin dimasukkan dan selesai. Saya kasihan kepada bapak itu, akhirnya warnet aku tinggal dan aku bergegas membangunkan temanku yang kebetulan memang tidur di warnet untuk menggantikan aku jaga di kasir.
Saya dan bapak itu berangkat ke warnet itu lagi, dan ternyata memang warnetnya masih juga belum siap. Kebetulan letak warnet itu bersebelahan dengan radio tempat saya bekerja, langsung saja saya berinisiatif untuk mencetak teks itu di kantor, aktivitas kantor sepi karena hari ini hari minggu. Disela-sela perjalanan saya membuka pintu, menaiki tangga menuju komputer kantor, sempat sedikit terbersit di pikiran, gimana rasanya bapak itu ya, karena ternyata yang ada dalam surat lelayu tersebut adalah ayahnya. Poin yang saya ambil disini adalah "berpisah". Ini adalah Ayah, seseorang yang sangat penting bagi kehidupan kebanyakkan manusia di muka bumi ini. Rasa ini berucap dan bersyukur karena ayah saya masih sehat. Selama ini saya yang selalu mementingkan apa yang saya kehendaki dan inginkan, menjadikan perhatian dan kasih kepada orang tua ternomerduakan.
Setelah selesai mencetak teks tersebut, saya langsung turun untuk memberikan hasilnya kepada bapak, karena dokumen asli dan foto yang discan tadi masih ketinggalan di warnet, saya mengingatkan dan mengajak bapak tersebut untuk kembali kewarnet dan mengambilnya, sebenarnya saya sudah berniat tidak akan mengambil biaya apa-apa kepada bapak itu, karena memang saya melakukan ini iklhas, sebagai bentuk sosial kepada sesama. Ketika saya memberikan dokumen asli dan foto tersebut, tanpa sepengetahuan saya ternyata, bapak itu ingin memberikan uang kepada saya, awalnya saya menolak dan meminta bapak supaya memasukkan uangnya lagi, tapi bapak itu bersih keras dan menyisipkan secara paksa ke kantong celana jeans saya, dan bapak itu pamit. saya tidak bisa menolaknya dan melakukan apa-apa, karena spontan bapak itu mengucapkan terimakasih dan langsung jalan keluar begitu saja menuju motornya. Saya hanya bisa mengucapkan terimakasih dari kejauhan. semoga lancar ya pak...! itu kata yang terucap dari mulut saya tadi, dan bapak itu pergi. Saya mengecek kantong jeans, Rp 20.000 itu adalah uang yang diberikan bapak itu kepada saya. Kemudian, saya langsung membagi uang tersebut kepada teman saya Novan yang saya bangunkan dari tidur untuk menggantikan jaga. Trimakasih Tuhan, Engkau masih mau mengingatkan saya dengan manis di pagi yang cerah ini. saya ingin segera pulang untuk bertemu dengan ayah di rumah.
Solo,